Strategi Menangkal Hoax bersama Heni Mulyati, M.Pd




Resume ke         :  5

Group                 : 3

Tema                   : Strategi Menangkal Hoax

Narasumber        : Ibu Heni Mulyati, M.Pd

Moderator           :  Bp Muliadi dan 

 Assalamualikum Wabarakatuh

Bissmillahirrahmannirrahim

" Selamat sore bapak ibu guru motivator literasi digital. senang sekali bisa membersamai bapak ibu pada kesempatan yang luar biasa ini. Oh iya, bapak ibu perkenalkan saya Muliadi. Saya salah satu tim GMLD asuhan om Jay. Saat ini saya berada di Wilayah Tengah indonesia, tepatnya di kota Tolitoli. Ada perbedaaan waktu satu jam dengan bapak ibu yang ada di Indonesia bagian barat. Jadi saat ini, waktu tempat saya telah menunjukkan pukul 16.55. Artinya Bapak ibu, kurang lebih 50 menit ke depan ditempat saya akan memasuki waktu shalat magrib." Pa Muliadi menyapa mengawali kelas dipertemuan ke 5.

"Pada hari ini, rabu, 10 November 2021 bertepatan dengan hari pahlawan semoga kita semua menjadi guru-guru motivator yang mewarisi jiwa kepahlawanan para pejuang dan founding fathers kita. Dengan semangat jiwa kepahlawanan itu, pada hari ini kita menyiapkan diri, menambah ilmu dan pengalaman, serta menguatkan literasi. Insya Allah dengan bekal pengetahuan dan pengalaman dan latihan yang serius melalui kegiatan GMLD, kita dapat memenuhi tugas dan tanggunghjawab sebagai garda terdepan dalam menyiapkan  generasi emas Indonesia di tahun 2045 ditengah tantangan era disrupsi 4.0. Semangat Bapak ibu ...Merdeka ...Merdeka" demikian seru Pa Muliadi.

Sebelum acara dimulai Pa Muliadi menyampaikan susunan acara kelas hari ini yaitu :

1. Pembukaan (Mengenal narasumber)

2. Penyajian materi oleh narasumber (Ibu Heni Mulyati, M.Pd)

3. Tanya jawab (Melalui WA 081341200357)

4. Penutup

Kelas pun diawali dengan membaca Basmalah Seraya berdoa semoga Allah swt, Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kesehatan kepada kita semua, terhindar dan terjaga dari virus Covid-19 yang masih menjadi ancaman. Kita juga berdoa semoga jaringan internet yang menjadi infrastruktur utama kita dalam interaksi dan komunikasi saat bisa stabil dan lancar, amiin. tak lupa juga Pa Muliadi mengingatkan para peserta untuk membuat resume setelah kelas selesai.

"Bapak ibu guru motivator, Kehadiran tehnologi digital disatu sisi banyak memberikan kebermanfaatan dalam berbagai sektor kehidupan. Kemajuan didunia industri digital telah membawah peradadapan manusia berkembang demikian pesat' Kehidupan bermasyarakat pun menjadi semakin terbuka. Informasi dengan mudahnya dapat akses oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Informasi bukan barang langka. Dulu dijaman saya mahasiswa, ada satu pomeo "siapa yang menguasai informasi, dia menguasai dunia". Saat itu, akses terhadap informasi tertentu hanya milik orang-orang tertentu. Informasi menjadi barang berharga. Sekarang terbalik, informasi demikian terbuka, siapa saja bisa memperoleh infromasi dengan mudah. Namun tantangannya, tidak semua informasi yang tersedia adalah informasi yang benar. Bahkan sering kali informasi yang benar harus "bersaing" dengan informasi yang tidak benar alias "Hoaks". limit benar dan salah menjadi sangat tipis, karena hampir-hampir kita tidak dapat membedakan mana informasi hoaks dan bukan hoaks. Informasi hoaks sangat berbahaya. Informasi hoaks dapat menciptakan perpecahan, menurunkan reputasi seseorang, menimbulkan opini negatif, menimbulkan keraguan terhadap fakta (mengaburkan fakta), dan tentu saja sangat merugikan masyarakat. oleh sebab itu, kita harus berusaha menghindarkan diri dari infromasi hoaks. Pertanyaannya, bagaimana caranya?"  Ujar Pa Muliadi mengawali kelas hari ini. 

Pa Mul membacakan CV dari narasumber. Narasumber sore ini adalah narasumber cantik dengan tema "Strategi menangkal hoaks* . Beliau adalah seorang ibu Mudah berparas cantik dengan ilmu dan pengalaman seabrek. Sampai saya tidak bisa mengurainya satu persatu. Beliau adalah Ibu Heni Mulyati, M.Pd. Beliau lahir di Cilacap, 11 Januari 1982, menamatkan pendidikan S1 dan S2 dari UNJ pada bidang bimbingan dan konseling dengan IPK 3,83  dan 3,71 . kerenkan!. Ternyata beliau masih se almamater dengan om Jay. Itu belum cukup bapak ibu, bu Heni adalah seorang pembicara handal atau narasumber dalam berbagai forum seminar, Pelatihan, konferensi, dan Kursus. Dalam dunia kepenulisan, beliau tercatat sebagai Tim Penulis Buku Informatika untuk SMA kelas X, XI, dan XII penerbit Andi. Koordinator Tim Buku Panduan (Literasi Media: Kurikulum, Panduan Fasilitator, dan Panduan Materi Narasumber) bekerja sama dengan Internews dan didukung USAID. Jurnal ilmiah yang telah diterbitkan, antara lain:

Publikasi Jurnal Pelatihan Keterampilan Sosial untuk Mengatasi Kecemasan Sosial Pada Anak Menjelang Bebas di LPKA dalam Jurnal Edukasi (Jurnal Bimbingan dan Konseling) Vol. 6 Nomor 1 Januari 2020 dengan Nomor ISSN 2460-4917 (edisi cetak), dan (e-Journal) 2460-5794. tahun 2019. Publikasi jurnal: In Search of Indonesiaan-Based Digital Literacy Curriculum through TULAR NALAR.Penulis: S.I. Astuti, H. Mulyati, & G. Lumakto Presented at The 3rd Social and Humaniora Research Symposium 2020 (Sores 2020), Bandung, Indonesia, October 24. tahun 2020. Publikasi jurnal: Constructing TULAR NALAR: A Digital Literacy Curriculum for Specific Themes in Indonesia.Penulis: S.I. Astuti, H. Mulyati, & G. Lumakto Presented at the …Demikian sekilas profil narasumber kita sore ini, untuk selengkapnya silahkan anda membaca CV beliau berikut ini. Terlalu banyak 👍👍😄

Dengan ucapan bismillahirrahmannirrahim,Pa Muliadi mempersilahkan narasumber  ibu Heni Mulyati, M.Pd untuk menyampaikan materinya.  

"Assalamualaikum Wr. Wb. Terima kasih kepada moderator yang sudah mengantarkan sesi sore hari ini." mengawali paparan materi Ibu Heni menyapa seluruh peserta.



Ada tiga hal yang dibahas pada sesi kali ini. 

Sesi 1 membahas tentang perkembangan era digital dan banjir informasi.

Sesi 2 mengenai hoaks, motif, jenis, ciri, dan dampaknya.

Sesi 3 membahas tentang tips periksa fakta secara singkat.

Media informasi era internet belum ditemukan sangat terbatas. Ada TV, radio, dan koran cetak. jika dulu untuk menelpon di wartel atau telepon gunakan telepon umum yang koin. Dulu berkirim surat lewat pak pos dan menunggu berhari-hari balasannya. Ini dulu..... sekarang...... Semua berubah. Siapa pun bisa menjadi pembuat, penyebar, dan pengguna informasi. Dulu kalau nonton acara, setel TV. Saya kecil di Cilacap, belum masuk listrik. Kalau mau nonton TV harus pakai AKI. Itu pun menumpang di tetangga. Sekarang, semua saluran TV apa pun ada di genggaman. Bahkan banyak juga sosok-sosok yang menjadi milyarder karena mempunya channel Youtube sendiri.



Perubahan teknologi juga berdampak pada masifnya informasi yang diterima. Banyak informasi yang beredar di grup percakapan, baik informasi yang serius ataupun tidak serius. Belum lagi banyaknya grup percakapan yang kita ikuti. Bisa jadi bagi beberapa orang situasi ini tidak nyaman. Ketika banyak informasi yang hadir pada satu waktu. 

Ada beberapa situasi yang perlu kita sadari terkait dengan banjirnya informasi ini. Yaitu:

1. Era Post Truth

2. Matinya kepakaran

3. Filter bubble dan echo chamber


Era post truth ditandai dengan ketika suatu fakta diberikan, seseorang cenderung tidak menerimanya. Hal ini lebih dikarenakan emosi yang dominan dan keyakinan pribadi. Misal, kita sudah percaya dengan si A. Ketika si B memberitahu bahwa ada fakta lain tentang A, kita akan menyangkalnya. Kita sudah yakin si A pasti benar dengan apa pun yang disampaikan. 



Matinya kepakaran situasi yang perlu kita waspadai. Banyak orang, terutama masa pandemi, memberikan gagasan namun bukan ahli di bidangnya. Misal latar belakang A namun memberikan pandangan tentang bidang lainnya. Atau bukan ahli kesehatan, namun merasa paling tahu bidang kesehatan.



Ada hal lain yang perlu kita sadari, kita semua berada di gelembung-gelembung kelompok informasi. Misal, saya akan memblokir orang yang tidak sesuai dengan ide dan pemikiran saya. Dampaknya lingkaran kita terbatas pada orang-orang yang satu ide saja.



Matinya kepakaran situasi yang perlu kita waspadai. Banyak orang, terutama masa pandemi, memberikan gagasan namun bukan ahli di bidangnya. Misal latar belakang A namun memberikan pandangan tentang bidang lainnya. Atau bukan ahli kesehatan, namun merasa paling tahu bidang kesehatan.

Masuk pada bagian kedua, mengenai apa itu hoaks, motif, jenis, ciri, dan dampaknya.

Hoaks sendiri dari asalnya sudah digunakan abad ke-17. Asal kata ‘hocus’. Hocus pocus, mirip dengan sim salabim di sulap.



Dari sisi pengertiannya, hoaks adalah infomasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar.



Mengapa masih ada yang percaya hoaks? Banyak alasannya. Ini beberapa di antaranya:

1. Kemampuan literasi digital dan berpikir kritis yang belum merata

2. Polarisasi masyarakat

3. Belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan periksa fakta

Ada banyak alasan seseorang menyebarkan hoaks. Salah satunya motif ekonomi. Ada orang-orang yang membuat situs tertentu yang isinya provokatif. Ketika orang mengunjungi situs tersebut, maka akan mendapatkan keuntungan ekonomi (click bait). Pembuat dapat uang, kita dapat perpecahan, debat, dan sebagainya. Ada banyak motif lain yang perlu kita waspada bersama.

Ada tujuh misinformasi dan disinformasi yang dapat disimak pada tautan di bawah ini.


Misinformasi: informasi salah, penyebarnya tidak tahu kalau itu salah. Umumnya tidak disengaja. Disinformasi ada unsur kesengajaan. Simak tautan di bawah ini, sumber dari Youtube Mafindo:

Berikut contoh hoaks yang mungkin bapak dan ibu pernah dapat. Ada yang namanya satire atau parodi, konten palsu, koneksi yang salah.



Contoh berikutnya konten yang menyesatkan, konten yang salah, konten tiruan, dan konten yang dimanipulasi.

Apa saja ciri-ciri informasi hoaks? Sumber informasi tidak jelas, biasanya bangkitkan emosi, kelihatan ilmiah namun salah, isinya sembunyikan fakta, dan minta diviralkan. Mafindo rekomendasikan untuk sumber informasi gunakan rujukan media kredibel atau anggota Dewan Pers. Atau sumber dari lembaga resmi terkait.

Apa dampaknya? Akan timbul perpecahan dan saling curiga antara kita. Selain itu muncul kebingungan bedakan mana yang hoaks dan bukan. Dapat pula membuat meninggal seorang karena terlalu percaya dengan informasi yang didapat. Karena percaya hoaks akhirnya terlambat penanganan medis.

Masuk ke bagian terakhir, bagaimana melakukan periksa fakta singkat.


Kitapun di ajak untuk menonton pada tautan di bawah ini.


Setelah kita menonton tayangan tadi, beberapa cara cepat untuk periksa fakta. Bisa dilihat detail pada paparan.



Jika menerima informasi melalui WA, ini caranya untuk cek hoaks. 


Bila kita 
ingin belajar lebih lanjut mengenai literasi digital, bisa ke www.literasidigital.id atau www.tularnalar.id. Bisa juga ke youtubenya Mafindo agar tahu hoaks terkini apa saja.



Ada tiga hal yang perlu dicek fakta: narasi, foto, dan video. dan kitapun di ajak untuk mengikuti sesi pelatihan ini.Kelas Kebal Hoaks (KKH) Mafindo bekerja sama dengan Kominfo dan Siberkeasi. Gratis dan mendapat sertifikat. Pelatihan ini lebih detail teknis melakukan periksa fakta. Banyak praktik dan latihan. Silakan menghubungi kontak di layar. Ikuti juga IG @Siberkreasi atau @Turnbackhoaxid


Akhirnya Narasumber menutup pemaparan dengan pesan Bahwa hendaklah bijak gunakan media digital. Apa yang kita unggah akan tinggalkan jejak.  Periksa faktanya dulu.

Lalu kelas memasuki sesi tanya jawab ada beberapa pertanyaan dan Narasumberpun memberikan jawaban dengan singkat dan jelas. Dan setelah sesi tanya jawab kelaspun ditutup dengan pembacaan hamdalah.

Wassalamualaikum Wr Wb dan selamat sore buat semua.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadikan menulis sebagai Passion

Ide Menulis Bagi Guru

Mengatasi Writer's Block