Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis





Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bismillahirohmanirrohim Alhamdulilah pada malam ini bisa kembali mengikuti kelas pelatihan menulis bersama PGRI dan pada malam ini sudah memasuki pertemuan ke 18. 
Pada kesempatan ini dipandu oleh Moderator yang sangat spesial yaitu Bu Kanjeng dengan Narasumber Bapa Yulius Roma Patandean, S. Pd.

Acara dimulai dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh moderator. dan sebelum menyampaikan materi Narasumber memperkenalkan diri terlebih dahulu dan mulai  berbagi pengalaman dalam Menyusun Buku Secara Sistematis sesuai yang saya lakukan selama ini.

Sebelum menyusun naskahnya untuk diterbitkan, beliau menitip pesan:
Yakinlah dengan kualitas naskah buku yang telah disiapkan 
Bagaimana pun sederhananya naskah tulisan kita, ia akan memiliki tempat tersendiri di hati pembacanya
Hindari rasa minder, bahwa naskahnya tidak baik. Pegang prinsip, naskah buku yang ada sangat baik untuk diterbitkan
Dengan demikian, akan ada rasa percaya diri dan kepuasan dalam melakukan pengeditan dan penyusunan naskah buku yang sistematis.

Agar, terbiasa dengan penyusunan naskah sistematis ini, maka saya menitip untuk CLBK. Bukan Cinta Lama Bersemi Kembali Tetapi, Coba Lakukan Biasakan dan Konsisten. Memulai sesuatu tentunya tidak mudah. Sama halnya dalam mengumpulkan percikan-percikan naskah buku, demikian pula dalam mengedit dan menyatukan percikan naskah kita. Biarkan saja percikannya menyebar sana-sini di laptop, ketika dinikmati penyusunannya akan menghasilkan karya yang luar biasa.

Demikian yang beliau sampaikan singkat padat dan jelas. lalu pada sesi tanya jawab beliau memberikan tips dan jawaban dari setiap pertanyaan.

Pertanyaan pertama dari Ibu Helwiyah, Bekasi

1. Bagaimana  cara menjaga konsistensi dalam menulis?

Sebagai guru, apalagi masa pandemi, pekerjaan tiada habisnya. Konsistensi saya pelihara dengan menyiapkan hari khusus untuk menulis, fokus di hari Minggu untuk menyatukan percikan tulisan, jika kepepet waktu untuk penyelesaian naskah , maka saya mengedit, menambah dan melengkapi naskah setiap malam. Sejak saya mengikuti pelatihan ini, jam tidur saya paling cepat jam 11 malam Waktu Indonesia Tengah. 😁

2. Apa kendala  yang bang Roma temui dalam proses menulis hingga jadi buku dan apa solusinya?

Kendala utama adalah *Manajemen Waktu. Solusinya adalah memisahkan waktu antara bekerja, kegiatan masyarakat dan kuliah. Jangan pernah menunda untuk menuliskan ide untuk naskah buku jika sudah muncul di pikiran. Minimal simpan di handphone. 

Pertanyaan kedua dari Bapa Dail dari Serang.  Makin kenal makin kagum pada bapak. Pertanyaan Saya : Mengapa setelah menjadi penulis hebat, bapak juga menjadi pembuat channel YouTube ?  Petanyaan 2 : Mana yang akan bapak pilih jika harus milih 1 saja, dan apa alasannya?

1Keduanya masih saya jalankan sampai sekarang. Oya satu prinsip yang saya pegang adalah Jangan menulis karena kebutuhan naik pangkat (bagi guru PNS), jika ini dipegang tentu motivasi dan niat menulisnya kurang power. Terkait Channel YouTube, sebenarnya YouTube saya buat untuk melayani siswa-siswa saya belajar secara tunda selama program belajar dari rumah. Dan kondisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Hampir semua tatap muka pembelajaran saya, tersimpan di YouTube sejak tahun lalu hingga hari ini. Saya…

dan pertanyaan ke tiga Ms.Phia Kota Sukabumi

1. Dalam menulis latar belakang sebuah buku, apakah lazim jika diawali dengan kalimat tanya  (pertanyaan retorikal)? 

2. Apakah ada ketentuan/ minimal jumlah bab dalam menulis  sebuah buku?

beliau pun memberikan jawaban :

1. Why not? Tentu bisa. Justru ini bisa menggelitik pembaca. Bagi saya, itu adalah sebuah kekhasan dan karakteristik seorang penulis. Menawarkan sebuah hal yang baru tentunya memuaskan pembaca.

2. Untuk menulis buku non fiksi, saran saya minimal 5 BAB. Seperti yang kita ketahui standar penerbitan buku adalah 40 halaman versi UNESCO, kertas A5, ukuran font 12, Times New Roman. 5 BAB dengan masing-masing 20 halaman isi akan menghasilkan satu buku dengan ketebalan isi 100 lembar. Dan sebaiknya buku tidak terlalu tipis agar ikut juga memuaskan penerbit. Ibu Kanjeng, pak Mukminin dan pak Brian tahu banyak masalah ini. 

pertanyaan demi pertanyaan pun selesai dijawab dan sangat jelas tiba di akhir acara beliau memberikan  closing statement " Jadi, menulislah dengan niat yang mulia bahwa harus ada jejak literasi yang ditinggalkan sebelum sang pencipta memanggil. Tidak ada kecewa dalam menulis, namun sesungguhnya yang ada adalah kepuasan bathin. Jangan pernah berhenti menulis. Menulislah selagi mampu. "

Demikian pemaparan pada pertemuan malam ini . 

 

Komentar

  1. Semangattttttt Mom. Semoga segera mengirimkan naskah ke penerbit.

    BalasHapus
  2. Kita berusaha menulis untuk menyampaikan pesan dan berkarya. Semoga karya demi karya dapat mewarnai.

    BalasHapus
  3. Waaah......semangat Bu Indah...

    BalasHapus
  4. Cumungut, ayo kirim naskahnyan kepenerbit

    BalasHapus
  5. Semangattt Bund💪💪mantabbzz👍👍

    BalasHapus
  6. Jangan menulis karena kebutuhan naik pangkat, siiiippp bun...

    BalasHapus
  7. Mantap, semangat bersama bun 💪🤩

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadikan menulis sebagai Passion

Ide Menulis Bagi Guru

Mengatasi Writer's Block